Struktur Kota Mempengaruhi Bentuk Fisik Kota
Fragmen Kota Saling Terhubung
'Part I'
Kota selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan sosial budaya,
ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perkembangan kota merupakan
hasil karya dari konstruksi pemikiran manusia baik dalam tataran adaptasi
terhadap lingkungan maupun penyesuaian (adjustment) . Setiap kota mempunyai
ruang perantara dalam wajah dan bentuk yang tersendiri, seperti jalan, dataran,
ruang terbuka (open space); ruang perantara ini akan memudahkan sebuah tempat (place) untuk dikunjungi dan menjadikan tempat (place) tersebut terus berfungsi (Banerjee dan
Southworth, 1990). Struktur kota merupakan gambaran dari distribusi tata guna
lahan dan sistem jaringan. Penjabaran struktur kota membentuk pola kota yang
menginformasikan antara kesesuaian lahan, kependudukan, guna lahan, sistem
transportasi, dan sebagainya atau keseluruhan saling berkaitan satu sama
lain. Pola kota yang merupakan ilustrasi dari struktur ruang kota secara tak
langsung dapat menunjukkan arah perkembangan kota yang pada dasarnya sangat
dipengaruhi oleh tata guna lahan. Bourne (1971), menyatakan bahwa pola guna
lahan di daerah perkotaan mempunyai hubungan yang erat dengan pola pergerakan
penduduk. Setiap bidang tanah yang digunakan untuk kegiatan tertentu akan
menunjukkan potensinya sebagai pembangkit atau penarik pergerakan. Dapat
disimpulkan bahwa pola guna lahan akan mempengaruhi pola pergerakan dan jarak.
Semakin rumit pola perkembangan kota maka akan semakin besar beban yang
dimiliki kota tersebut, hal ini mengakibatkan sistem kota menjadi tidak efisien
karena pola guna lahan dan pergerakan tidak terkendali serta jarak tempuh antar
lokasi kegiatan tidak terukur.
Kota sebagai produk
Sumber : Roger
Trancik (1986) Theories
of urban spatial design
|
Mengungkapkan fenomena perkembangan kota,
tidak terlepas dari pembahasan elemen pembentuk kota itu sendiri, karena kota
terdiri dari banyak fragmen yang saling terhubung satu sama laian baik yang
direncanakan atau tumbuh dengan sendirinya. Fragmen-fragmen di dalam kota
tersebut menunjukkan saling keterhubungan antara bagian wilayah kota atau
kawasan kota yang dapat berfungsi sebagai 'generator' atau bahkan panduan
perjalanan dan pengenalan kondisi kota, yaitu bagi orang yang sedang melakukan
perjalanan atau berdiam di lokasi tertentu di dalam kota. Perwujudan fisik kota
sering dianggap sebagai akibat dari aktivitas manusia. Aspek fisik lebih
cenderung dianggap sebagai sesuatu yang akan terjadi dengan sendirinya yang
tumbuh dan berkembang secara organik. Hal tersebut dapat diamati dengan
munculnya bangunan-bangunan fragmenfalisme yang dalam karya arsitektur dipahami
sebagai akibat, atas berlomba-lombanya para arsitek menciptakan monumen untuk
dirinya sendiri, tanpa memperdulikan lingkungan maupun kawasan sekitarnya
Budiharjo (1997).
PUSTAKA
Bourne, Larry. S (ed). 1971. Internal Stucture of The
City. New York : Oxford University Press.
Banerjee, Tridib dan Southworth, Michael (1990). City
Sense and City Design, The MIT Press. Cambridge, Massachusetts, London,
England.
Budiharjo, E., 1997, Arsitektur : Pembangunan dan
Konservasi, Djambatan. Jakarta