Sprawl Perkotaan
Semakin Bertambah Penduduk Kota, Maka Semakin
Bertambah Kebutuhan Masyarakat Terhadap Jumlah Lahan yang Digunakan
Kepadatan kota adalah
salah satu isu sentral dalam perdebatan para ahli perkotaan di abad ke-21, dalam
menjawab tentang masa depan perkotaan itu sendiri. Meningkatnya jumlah penduduk
perkotaan, meningkat pula tuntutan kebutuhan kehidupan dalam berbagai
aspekaspek seperti, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi yang
mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk diperkotaan. Keseluruhaan merupakan
kontradiksi antara kepentingan pribadi dan publik dalam kaitannya dengan
kerapatan kehidupan perkotaan atau linkage
kota.
Fenomena urban sprawl terjadi saat suatu kota sedang mengalami pertumbuhan, seiring
dengan semakin bertambahnya jumlah populasi penduduk dan jumlah area lahan
secara acak (growth mixture). Selain
itu, fenomena Urban sprawl juga memiliki dampak yang positif, yaitu menjadikan
rumah/perumahan berkualitas dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat kelas
menengah ke bawah. Namun, fenomena ini ternyata juga dapat menimbulkan dampak
negatif bagi komunitas/kelompok, masyarakat di sekitarnya.
Semakin bertambah penduduk kota menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat
terhadap perumahan, perkantoran, dan fasilitas sosial ekonomi lain. Urban sprawl terjadi dengan ditandai
adanya alih fungsi lahan yang ada di sekitar kota (urban periphery) mengingat terbatasnya lahan yang ada di pusat
kota. Urban sprawl merupakan salah
satu bentuk perkembangan kota yang dilihat dari segi fisik seperti bertambahnya
gedung secara vertikal maupun horisontal, bertambahnya jalan, tempat parkir,
maupun saluran drainase kota. Dampak dari pemekaran kota adalah semakin berkurangnya
lahan subur produktif pertanian sehingga mengancam swasembada pangan karena
terjadi perubahan peruntukan lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Disamping
itu pemekaran kota yang tidak terkendali (unmanaged
growth) menyebabkan morfologi kota yang tidak teratur, kekumuhan (slum), dan permukiman liar (squatter settlement).
Densification
of urban areas beyond the core of the cities is not an easy task but it is a
challenge worth taking to fight against urban sprawl
-ypauwah-
Paradigma urban sprawl :
Urban sprawl refers to the areal expansion of
urban concentration beyond what they have been. Urban sprawl involves the
conversion of land peripheral to urban centers that has previously been used
for non urban uses to one or more urban uses (Northam, 1975). Urban sprawl can be defined of growth of
metropolitan area through the process of development of miscellaneous types of
land use in the urban fringe areas (Dumouchel, 1975). Urban sprawl refers to continous expansion around
large cities, where by there is always a zone of land that is in the process of
being converted from rural to urban use (Harvey and Clark, 1971). Suggested the expanded dimensions of sprawl such
as continuity, concentration, clustering, centrality, nuclearity, mixed use and
proximity. Finally, urban sprawl causes the loss of informal open space and
wildlife habitats. Some of the fastest rates of loss have been occurring at the
interface of urban core and rural areas at the metropolitan region (Galster et
al, 2001 and Harvey et al, 1971). blamed the loss of farmland and forest to
urban development and high degrees of sprawl (Hasse, 2003). Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke
arah luar disebut “urban sprawl” (Yunus, 2004). Sprawl offers a completely new vision of the city
and its growth. (Bruegmann 2005) leads readers to the powerful conclusion that
"in its immense complexity and constant change, the city-whether dense and
concentrated at its core, looser and more sprawling in suburbia, or in the vast
tracts of exurban penumbra that extend dozens, even hundreds, of miles-is the
grandest and most marvelous work of mankind.
Issu urban sparwl sebagai suatu proses perubahan fungsi dari wilayah yang bernama perdesaan menjadi
wilayah perkotaan. Perdesaan yang selama ini dianggap sebagai penyokong
kehidupan perkotaan yang membantu kota dalam pemenuhan kebutuhannya terutama
dalam bidang pertanian, budidaya, kawasan lindung dan non-industri, justru
mengalami kenaikan tingkat fungsi guna lahan, menjadi kawasan permukiman padat
penduduk, bahkan kawasan industri. Banyak alasan yang mendasari terjadinya
fenomena urban sprawl ini. Mulai dari perilaku masyarakat yang lebih memilih
untuk bermukim diarea pinggiran kota, asumsi harga lahan yang lebih murah dan
terjangkau serta kondisi udara yang masih sehat, belum banyak tercemari seperti
pusat kota. Selain itu alasan yang juga menyebabkan masyarakat memilih tinggal
diarea pinggiran kota adalah karena belum terlalu padat penduduk yang ada
disana, jika dibandingkan dengan kawasan perkotaan, Ditambah karena memiliki
akses yang dekat untuk menuju ke pusat kota.
Berdasarkan pandangan teoritis dan artikel terkait,
saya berasusmi. Sprawl perkotaan dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berbeda,
sperti :
- Turunkan harga tanah : Biaya tanah dan rumah di pinggiran luar kota, karena pusat pengembangan perkotaan benar-benar membuat orang ingin berhenti menetap di daerah-daerah ini dan ingin menjelajah lebih jauh.
- Peningkatan infrastruktur : Peningkatan infrastruktur tertentu, termasuk jalan, telekomunikasi, dan listrik tidak selalu tersedia, dan masih ada beberapa area yang tidak memiliki kemewahan.
- Kenaikan standar Hidup : Peningkatan standar hidup dan pendapatan keluarga rata-rata yang berarti bahwa orang memiliki kemampuan untuk membayar lebih banyak untuk melakukan perjalanan dan perjalanan jarak yang lebih jauh untuk bekerja dan kembali ke rumah.
- Kurangnya perencanaan kota : Kebanyakan orang suka menemukan daerah yang kurang diperdagangkan dan lebih tenang, yang menyebabkan mereka menyebar ke bagian lain kota. Perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, penebangan pohon, hilangnya lahan hijau, kemacetan, infrastruktur yang buruk memaksa orang untuk pindah ke daerah baru.
- Tarif pajak rumah bawah : Kota biasanya akan memiliki pajak properti yang tinggi dan kebanyakan orang biasanya dapat menghindari pajak dengan tinggal di pinggiran luar dengan alasan pajak lebih rendah daripada di perkotaan.
- Kenaikan pertumbuhan populasi : Faktor lain yang berkontribusi terhadap urban sprawl adalah peningkatan pertumbuhan penduduk . Karena jumlah orang di suatu kota tumbuh melampaui kapasitas, komunitas lokal terus menyebar lebih jauh dan lebih jauh dari pusat kota.
- Preferensi konsumen : Orang-orang dalam kelompok berpenghasilan tinggi memiliki preferensi yang lebih kuat terhadap rumah yang lebih besar, lebih banyak kamar tidur dan halaman yang lebih besar. Hal tersebut menyebabkan urban sprawl karena opsi ini tidak tersedia di kota-kota yang padat.
Keberadaan urban sprawl ditandai dengan adanya beberapa perubahan pola guna lahan yang
terjadi secara serempak, yaitu Single-use
zoning, Low-density zoning
dan Car-dependent
communities. Menurut informasi yang didapat, ternyata fenomena urban sprawl ini lebih memiliki banyak
dampak yang negatif bagi lingkungan sekitarnya, daripada dampak positif yang
ditimbulkan. Namun dampak-dampak negatif tersebut sebenarnya dapat diatasi.
Karena urban sprawl sendiri bukanlah suatu fenomena yang tidak bisa untuk
dihindari. Salah satu caranya adalah dengan penerapan kebijakan yang lebih
tegas dari pihak yang berwenang untuk membatasi stakeholder yang ingin
melakukan ekspansi dalam hal perluasan kota ini.
PUSTAKA
Bruegmann, R. 2005. Sprawl: A
Compact History, University of Chicago Press.
Dumouchel, J.R., 1975. Dictionary of Development Terminology. McGraw-Hill, New York, NY
Debbyrahmi : http://debbyrahmi.blogspot.co.id/2010/08/urban-sprawl-dan-lingkungan.html?view=snapshot
Galster, G., Royce H., Michael R., Harold W.,
Stephen C. and Jason F., 2001, Wrestling sprawl to the ground: Defining and
measuring an elusive concept. Housing, Policy Debate, 12, 4, pp. 681–718.
Harvey, R. O. and W. A. V. Clark. 1971. The nature and economics of urban sprawl. In
Internal Structure of the City, ed. L. S. Bourne. New York: Oxford
University Press. pp. 475–482. Hasse, J. E., & Lathrop, R. G. 2003. Land
resource impact indicators of urban sprawl. Applied Geography, 23, 159–175.
Hasse, J. E., & Lathrop, R. G. 2003. Land
resource impact indicators of urban sprawl. Applied Geography, 23, 159–175.
Ivan.tosics : http://urbact.eu/densification-beyond-city-centre-urban-transformation-against-sprawl
Northam, R., M. 1975. Urban Geography. Newyork,
London: Oregon State University John Wiley and Sons.
Yunus, Y. 2004. Tanah dan Pengolahannya, Alphabeta, Bandung.
Yunus, H., S., 2004, Struktur Tata Ruang Kota, edisi ke empat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta